MATERI & SPIRIT

Rangkaian pelajaran pada minggu ini adalah Torah dengan bacaan “Bereishit” ; adalah pembukaan Kitab Kejadian ( 1:1) . Kata-kata terkenal sebagai dasar dan akhir dari segala sesuatunya :

"Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi."

Kalimat ini menyatakan bahwa Tuhan menciptakan roh dan materi, dengan pemahaman jelas bahwa Tuhan bukanlah roh maupun materi. Ini terbuktikan di kehidupan nyata bahwa roh atau spirit tanpa materi adalah absolut materi. Absolut materi yang bersatu dengan roh/spirit akan hidup, berevolusi dan mati.

Materi terikat dalam berbagai unsur labil yang saling mengikat dan melepaskan, membangun dan merusak, mendukung dan menolak, disebut Bentuk. Roh atau spirit kekal dan abadi, memberi hidup, memberi rasa, memberi akal dan nafas. Manusia sebagai mahkuk yang lengkap dalam Materi dan Spirit akhirnya mampu mengenali semua hasil ciptaan Tuhan. Manusia mampu memahami akan keabadian dan kesucian hidup, harapan hidup dan memilih untuk hidup dengan cara yang benar.

Materi atau tubuh atau bentuk, dalam unsur dasarnya mampu mencerap segala kenyataan alam melalui inderawi sekaligus menolak semua persepsi inderawi atas kenyataan alam. Sebaliknya, spirit atau jiwa adalah media sekaligus wadah penyimpanan hasil karya akal budi yang diberikannya kepada materi. Jiwa yang statis dan bersih harus mampu menerima proses materi yang inkonsistensi dan rapuh hingga materi dengan segala unsur pendukungnya melakukan aksi tolak-menolak untuk berpisah satu sama lainnya. Inilah Kematian.

Kematian hanyalah perpisahan Materi dari Spirit. Materi kembali pada unsur-unsur dasarnya dan spirit akan membawa pulang pengalaman panjangnya berkelana di alam ciptaan Allah.  

MANUSIA CITRA ILAHI

Manusia dalam proses penciptaan sesuai Alkitab, merupakan “gambar” (צלם, tselem) Allah. Pernyataan gambar dalam berbagai diskusi di abad pertama hingga abad pertengahan yang dilakukan oleh para filsuf menghasilkan berbagai intepretasi yang berbeda. Salah satu contoh, filsuf Moses Maimonides mengatakan bahwa itu .. "intelek ilah yang bergabung dengan manusia ... bahwa dia adalah 'dalam gambar Tuhan dan kemiripannya, bukan Tuhan itu sendiri… yang memiliki tubuh atau memiliki bentuk ”(1.1). Selanjutnya Maimonides mendefinisikan “gambar” atau citra sebagai wujud intelek abstrak dengan representasi fisik dari yang ilahi di bumi.
    
Menurut Profesor Alkitab Ibrani Dr Nicholas J. Schaser, di Kitab Kejadian 1 : 27 - 28 (|#). Para penulis Alkitab menggunakan tselem (צלם, tselem)  untuk menggambarkan patung-patung atau "berhala-berhala" dari tetangga politeistik mereka. Hal ini berkaitan dengan perintah Jahweh kepada orang Israel bahwa ketika mereka memasuki Kanaan mereka harus “ mengusir semua penduduk… dan menghancurkan semua gambar (צלם, tselem) lebur mereka ” (Bil. 33:52). Tetangga atau penduduk di sekeliling Kanaan adalah bangsa yang menempatkan gambar atau patung tuangan  ke dalam kuill mereka sehingga para penyembah dapat tunduk pada representasi dewa  dewi di bumi.

Dalam sebuah teks Mesir yang disebut Memphite Theology, dewa superior, Ptah, memerintah untuk dibangun berhala bagi dewa-dewa lainnya sehingga mereka memiliki “tubuh” untuk dihuni di kuill mereka: “[Ptah] mendirikan kuil [dewa], ia membuat tubuh mereka menurut untuk keinginan mereka. Dengan demikian, para dewa masuk ke dalam tubuh mereka dari setiap kayu, setiap batu, setiap tanah liat ”(AEL 1.59-60).

Mengapa sedemikian rumit sebuah proses penciptaan manusia ?

Pertanyaan seorang anak kecil kepada ibunya, “ Untuk apa saya lahir ke dunia ? ” mungkin sangat sederhana namun jawabannya tentu tidak dapat sama sederhananya dengan pertanyaan itu. Para filsuf dan rabi Yahudi pernah bersentuhan dengan kesederhanaan pertanyaan ini. Setara dengan pandangan Maimonides, “ intelek abstrak “ maka dibelakang pertanyaan sederhana tadi akan menyusul pertanyaan yang tidak lagi sederhana. Jika manusia itu merupakan representasi Tuhan dalam “Bentuk” ( tubuh ), Intelektual ( Akal ) untuk apa manusia diciptakan yang pada akhirnya menyulitkan diriNya sendiri ?.

Para kabalist berabad yang lalu mengubur dalam-dalam dokumen mereka tentang  penciptaan manusia dengan pendekatan spiritualitas. “ Tuhan memberi Bentuk dan Akal dalam dimensi Ruang dan Waktu dengan kekuasaan mutlak sedang manusia menerima Bentuk dan Akal pada dimensi Ruang dan Waktu dengan spiritualitas. ”  
Jika proses penciptaan manusia dikatakan rumit, tidak bagi Tuhan tetapi rumit untuk manusia. Manusia menemukan gambar dirinya harusnya melalui pendekatan spiritualitas agar mampu menjabarkan “ intelektual abstrak “ milik sang Ilahi. Manusia secara pribadi harus menemukan citranya sendiri. Citra dirinya atas kahadiran dirinya di muka bumi sebagai Amanat Agung Sang Ilahi.

Bukankah Tuhan mengenali diri kita sejak dari pembentukan tulang kita di rahim ?    
Sanggupkah diri kita menjadi satu karya agung milik Tuhan di kehidupan ini ?

TINDAKAN INSPIRASIONAL

Inspirasi berartiti ilham yang ada pada pikiran manusia dan akhirnya melekat pada jiwa atau hati manusia. Inspirasi biasanya justru datang ketika ada rangsangan dari luar diri manusia. Secara umum, pengertian inspirasi diartikan sebagai suatu proses yang mendorong manusia atau merangsang pikiran manusia untuk melakukan suatu tindakan, terutama untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan sesuatu yang kreatif. Inspirasi ini biasanya dirangsang untuk melakukan tindakan setelah kita melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang ada di sekitar kita, terutama sesuatu yang menyentuh.
Menginginkan inspirasi pada musim liburan, menyendiri di kejauhan hiruk pikuk kota, meditasi dan berdoa bisa jadi sangat bermanfaat dan tepat  untuk menemukan inspirasi. Hal demikian memang tak jarang menjadi tindakan yang kuat untuk menyelasaikan masalah yang ada atau mendapat petunjuk untuk mewujudnyatakan gagasan dalam suatu tindakan. Inspirasi merupakan akar dari segala upaya mulai membenahi ruang makan, karya sastra hingga menguasai dunia dan alam semesta.

Menemukan inspirasi mestinya dilakukan dengan mengambil kehidupan material anda yang tidak kekal lalu menghubungkannya dengan sesuatu yang kekal. Hal ini adalah upaya untuk mencairkan ketegangan antara dunia materi dan spirit untuk digabungkan menjadi satu.

Dunia materi seperti tubuh yang bersifat sementara namunn nyata adanya sedangkan jiwa yang kekal namun tidak nyata, tanpa penggabungan kedua unsur tadi mustahil merupakan sebuah kenyataan.         

Banyak orang menafsirkan ini bahwa mereka harus membebaskan lebih banyak momen dalam kehidupan mereka untuk kegiatan yang abadi dan spiritual misalnya, daripada bekerja sepuluh jam sehari, mereka harus pulang lebih awal dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga. Ada pula yang berusaha  mengubah tempat kerja untuk menjadi sebuah kekekalan seperti meletakkan kotak amal di ruang kerja. Meskipun mungkin tampak seperti sikap memaksa namun itu dapat menjadi pengingat di tengah-tengah kesepakatan keuangan bahwa hal-hal lain masih lebih penting.

Dunia materi dalam batasan waktu yang dimilikinya sepantasnya merupakan High Holidays bagi spirit yang kekal tak berujung. Menciptakan kenyataan spiritual yang tinggi saat masih berada dalam dunia materi merupakan sebuah tindakan inspirasional dalam mengubah dan menyempurnakannya, Inilah kemuliaan yang tercipta saat jiwa masih berdiam di dalam tubuh.