Showing posts with label FILSAFAT. Show all posts
Showing posts with label FILSAFAT. Show all posts

ETIKA

Etika dalam filsafat merupakan cabang ilmu yang mengetengahkan pengetahuan berdasarkan sistematisasi serta mempertahankan konsep-konsep perilaku yang benar dan salah untuk direkomendasikan  sebagai pengetahuan. Etika juga menjadi bagian dari 4 cabang ilmu filsafat  yang disebut AKSIOLOGI.

Peran Etika dalam filsafat adalah untuk menjawab seluruh pertanyaan tentang moralitas manusia dengan tujuan utama agar mendapatkan definisi tentang Baik-Buruk, Salah-Benar, dan Adil-Jahat dalam tatanan Parralel-Paradoks dikehidupan manusia. Etika sebagai pengetahuan dengan penajaman intelektualitas menjadi cikal bakal Filsafat Moral bagi seluruh kajian dan turunan berbagai ilmu pengetahuan.

Percakapan tentang moralitas manusia selalu menarik untuk dikaji sebab moral dan moralitas harus merujuk kepada aspek pribadi dan kepribadian itu sendiri, budaya dalam pluralitas di sebuah peradaban yang sedang berlangsung dan gagasan. Oleh sebab itu bidang pengetahuan Etika dan turunan keilmuannya paling sering dan selalu harus melakukan revisi hipotesis mendekati perubahan yang terjadi seiring waktu dan kemajuan jaman atau teknologi akibat keleluasaan dan kekayaan gagasan.

Oleh para ahli bidang pengetahuan etika, ada 3 bidang studi yang baru dapat dinyatakan sebagai turunan Ilmu Etika, antaranya :
  1. Meta-Etika.
  2. Etika Normatif
  3. Etika Terapan  

Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno : ēthikós (ἠθικός) dengan makna leksikal berarti : " karakter atau sifat moral ". Etika sebagai bidang ilmu berkembang di beberapa negara atau wilayah hingga mendapat nama sesuai bahasa dimana Etika bertumbuh subur contohnya "éthique" (Perancis) dan "Ethics" (Inggris).

Beberapa ahli mencoba untuk menjelaskan : Rushworth Kidder menyatakan bahwa " Definisi standar etika biasanya memasukkan frasa seperti ' Ilmu Karakter Manusia Ideal ' atau ' Ilmu Kewajiban Moral ' ". Selanjutnya Richard William Paul dan Linda Elder mendefinisikan adalah " Seperangkat Konsep dan prinsip yang memandu kita dalam menentukan perilaku apa yang membantu atau membahayakan makhluk hidup ".

Etika bersumber pada kemampuan manusia untuk berpikir tentang masalah etika yang tidak khusus untuk filsafat. Etika, dipahami sebagai kemampuan untuk berpikir kritis tentang nilai-nilai moral dan mengarahkan tindakan kita dalam hal nilai-nilai kapasitas manusia yang umum. Etika juga dapat digunakan untuk menggambarkan orang tertentu memiliki prinsip atau kebiasaan istimewa sendiri.

Ontologi etika adalah tentang hal atau properti yang mengandung nilai, yaitu jenis hal atau barang yang dirujuk oleh proposisi etis. Non-descriptivists dan non-cognitivists percaya bahwa etika tidak memerlukan ontologi spesifik karena proposisi etis. Ini dikenal sebagai posisi anti-realis. Sedangkan Realis, di sisi lain, harus menjelaskan entitas, properti, atau sesuatu yang relevan dengan etika, 

ESTETIKA

Estetika dalam rangka bangun epistemologi menjadi studi tentang sensori-emosional dan subjektif. Objek estetika lebih condong kepada pengamatan suatu karya seni sebagai sebuah proses terciptanya karya seni tersebut dan bagaimana orang lain menikmati atau menggunakan karya seni tersebut. Estetika sebagai bidang keilmuan akan menutup percakapannya tentang sebuah karya seni dengan mengapresiasi karya tersebut.

Estetika ini berkembang di abad ke 18 dengan definisi bidang keilmuan yang secara khusus mengamati suatu karya seni sebagai " Refleksi Kritis terhadap Seni, Budaya dan Alam ". Beberapa sarjana bidang estetika merujuk keilmuan ini pada seperangkat prinsip kesenian dalam sebuah pola terukur dan akurat. Terukur yang dimaksud adalah sebuah karya seni dapat memberi manfaat pada penikmatnya sedang akurat yang dimaksud adalah sasaran penciptaan karya seni harus tepat pada sasaran dan tujuan seni itu diciptakan.

Perhelatan argumentasi menjadi tak terelakkan mengenai Gagasan (ide) dan Ekspresi sebuah karya seni.  Pertanyaan sederhana tentang dari mana gagasan sebuah karaya seni  berasal dan mengapa ekspresi gagasan harus menunggangi emosi hingga tak jarang mengesankan gagasan yang dirahasiakan. Kedua pendapat diatas memang merupakan duta jaman dimana mereka bergagasan dan berpendapat. Pada argumentasi pertama Seni berada dibawah pengaruh  politik kekuasaan dan seni mesti menyasar pada keutuhan dan kebesaran pemerintah dalam upaya propaganda. Argumen kedua melihat seni sebagai sebuah karya yang ditujukan bagi seni itu sendiri tanpa harus melibatkan aspek-aspek politik, ekonomi dan lain sebagainya.

 

Seni memang tidak harus presisi dan tematis tetapi eksprisif dalam unsur kebebasan. Estetika mestinya tampil sebagai pengadilan adil bagi konsep " Logis, Emosi dan Rasa ". Jika diatas telah disinggung tentang seni, budaya dan alam mala dapat disimpulkan bahwa karya seni itu adalah " Pengetahuan dan Ekspresi Mutlak ".

Penjelajahan atas sebuah karya seni sebenarnya diawali oleh pencitapnya. Alam sebagai media yang secara terus menerus mempengaruhi para pencipta karya seni akan membentuk emosi dan rasa sebagai pengalaman dan kesadaran. Pada terminologi pengalaman dan kesadaran itulah logis berperan sebagai dasar ekspresi atau tindakan yang spontan untuk merefleksikan imajinasi.
Estetika sebagai rangka-bangun pengetahuan diharapkan dapat fleksibel menilai sebuah karya seni sebab tak jarang emosi yang tertuang dalam sebuah karya seni dimampatkan oleh kekakuan prinsip-prinsip berkesenian.

 


FILSAFAT

Filsafat dengan pengertian sederhana adalah cinta akan kebijaksanaan. Filsafat atau  philosophy secara etimologis dan terminologis mengurai kebijaksanaan dengan sedalam-dalamnya sebagai usaha rasionalisasi suatu realitas secara sistematis. 

Dari penggalian yang dilakukan oleh para filsuf  menghasilkan lima cabang utama dalam keluarga filsafat :
  1. Estetika
  2. Etika
  3. Metafisika
  4. Epistemology
  5. Logika.
Filsafat adalah hasil akhir yang terus bersinggungan dengan objek materi sebagai bidang yang teramati dan sudurt pandang merupakan objek formal secara bersinambung menyusun kerangka bangunan ilmu pengetahuan.  Lestari mengarungi waktu sebagai kampung halaman dari segala ilmu pengetahuan menciptakan sejarah panjang sesuai tempat dimana filsafat itu dikembangkan. Sederetan nama mengukir lembar sejarah peradaban ilmu pengetahuan dengan keharumanan gagasan yang tertuang demikianlah para filsufnya mewarnai kesadaran.

Dengan ringkasan sederhana ini sejarah tulisan saya membedah dua kutub filsafat yang berasal Barat dan Timur. Filsafat barat yang diawali dengan filsafat Helenistik dan harus berakhir akibat penyebaran agama kristen di Kerajaan Romawi untuk menyongsong filsafat abad pertengahan. Dikutub sisi timur, filsafat Iran Lama harus mengakhiri eranya akibat penyebaran agama Islam dan memulai sebuah babakan baru yang disebut sebagai filsafat Islam Awal.


Lihat juga :
Filsafat Cina
Filsafat Yunani dan Rowawi
Filsafat Kristen
Filsafat India
Filsafat Iran
Filsafat Yahudi