KEBAIKAN TUHAN adalah BERKAT ABADI


Manusia hadir  dan mewarnai kehidupannya dengan berbagai harapan, gagasan dan tindakan dan menjadi citra atau lukisan tentang dirinya. Ruang dan waktu bagi manusia adalah tempat untuk mengawali pergolakan hidupnya hingga iapun akan mengakhirinya. Lama atau cepat perjalan hidup  bukanlah ukuran yang pasti untuk menentukan kualitasnya sebagai manusia. tetapi keyakinan, kesetiaan dan ketaatan lah yang menjadikan manusia dapat dikatakan beradab. Dalam konsep etis, manusia harus setia dan taat pada keyakinan yang sudah dipilihnya untuk menjadi dasar dari semua tindakannya. Manusia berharap, manusia berpikir dan manusia bertindak semestinya merupakan suatu perwujudan nyata dari bentuk kesetiaan dan ketaatan atas pilihan keyakinan yang sudah dipilihnya.
  
Manusia dengan eksistensinya adalah mahluk yang berkehendakbebas mampu meretas hukum alam menjadi sebuah pengetahuan. Ia pun mampu meretas hukum kehidupan dengan prinsip sebab - akibat menjadi landasan berpikir dan menyelami dunia gagasan. Lalu bagaimana dengan spiritualitas manusia itu sendiri. apakah prinsip sebab-akibat juga yang menjadi rambu rambu untuk merubah rasa percaya menjadi sebuah ritus penyembahan ? 

Fondasi Yudaisme pada keyakinan spiritual sangatlah  berbeda dari kebanyakan agama dan keyakinan lain yang sudah ada di muka bumi ini. Makna Sang Pencipta dari Yudaisme yang beranggapan bahwasanya Tuhan  adalah Raja dalam Alkitab Ibrani adalah alegori bagi kita manusia untuk memahami bahwa kebaikan adalah aturan yang memerintah dari mana kehidupan memancar dan juga berkelanjutan. Dunia tidak diciptakan tanpa manfaat dan kebaikan apa pun. Orang Yahudi mengasimilasi Tuhan mereka bukan sebagai makhluk yang didefinisikan tetapi sebagai prinsip etik yang berkuasa dengan alasan bahwa kebaikan adalah penyebab dan tujuan Sang Pencipta. Dengan demikian dapatlah kita pahami bawa Sang pencipta adalah kebaikan itu sendiri yang tidak dapat berubah dalam kualitas kondisionalnya agar kebaikan itu berwujud nyata. Pandangan etis tentang kebaikan yang diberikan secara cuma-cuma dalam sebuah karya cipta bertujuan hanya untuk menghasilkan kebaikan. Dengan demikian kita memahami kebaikan lebih sebagai prinsip etika daripada sesuatu yang " diakibatkan " oleh "sebab" sehingga kualitas kondisional kebaikan tidak berubah apakah kebaikan menjadi penyebab atau kebaikan merupakan akibat menjadi nyata. Kita menjadi tahu arti kebaikan dalam berbagi momen dari suatu rentang masa ke masa lainnya 

Arti kebaikan inipun akan mengacu kepada hakikat kebaikan  itu yang telah kita lihat, imani dan harapkan. Sang Pencipta merupakan sebab - akibat dari hakikat kebaikan itu yang telah menciptakan begitu banyak kebaikan dengan tujuan utamanya adalah kebaikan. Israel diberkati dengan dipilih untuk hidup dengan prinsip etis primordial bahwa kebaikan juga ditakdirkan untuk menjadi berkat bagi seluruh umat manusia.
    


Ini akan terjadi pada diri kita begitu kita mengobarkan perang melawan sifat-sifat negatif dan memilih untu mengubah semua perilaku buruk sebagai sebuah bentuk kesadaran dan mulai mempengaruhi lingkungan di sekitar kita untuk mengganti perilaku yang jahat. 
Sebagaimana Tuhan, Sang Pencipta,  memerintahkan kita untuk hidup dalam tuntunanNya, melakukan segala kehendakNya dan merasakan kebaikanNya. 
Inilah berkat abadi   

" Sebab hidup adalah kebaikan sejati, aku tidak menanggalkanNya "