BUKA MATAMU

Manusia tercipta begitu sempurna sehingga berbeda dari semua makhluk lain di planet ini. Kemampuan manusia untuk menyerap kebijaksanaan, menunda kepuasan, dan menciptakan perubahan melalui kekuatan pribadinya memang tak terlihat dan hanya ada di dalam pikiran mereka. Hewan dapat dilatih untuk melakukan berbagai tugas tetapi tidak dapat menemukan pemikiran atau ide baru. Komputer hanya alat yang dibuat berdasarkan hasil gagasan manusia dengan kemampuan terbatas pada kebutuhan dan peruntukan perangkat bantu bagi manusia.  

Melalui belajar dan latihan,  manusia dapat tumbuh dan berkembang seperti apa yang diharapkannya seiring konsep Paradoks-Paralel : Hasil membutuhkan Upaya sedangkan Upaya adalah tujuan untuk mendapatkan Hasil. Sebagai contoh seorang tukang kayu dapat menjadi Presiden seperti tidak mungkin hal itu dapat terjadi tetapi inilah kenyataan. Suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju inilah kenyataan. Kenyataan yang dibaliknya ada suatu kekuatan yang maha dahsyat dari seorang manusia. Tukang Kayu itu miskin tetapi ia memiliki kekuatan mental. Tukang Kayu itu sederhana tetapi ia mampu mengatur para cendekiawan, mampu merubah kemiskinan menjadi jalan setapak menuju keberhasilan dan mampu menempatkan manusia brutal pada derajat kemanusiawian di hadapan hukum formal maupun hukum Tuhan. Sekali lagi , inilah realitas.

Akal Budi adalah sosok yang tak nampak seperti angin yang dapat kita rasakan namun tak bebentuk. Akal budi mampu membebaskan manusia dari naluri egois alami dan mampu pula merangkul ribuan tahun kebijaksanaan yang mengarah pada kekayaan, kekuatan, dan kesuksesan. Ketika seorang manusia menyerap pengetahuan dan kebijaksanaan melalui akal budinya beberapa orang akan mengalami Kebangkitan Hidup dengan berevolusi ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada kaum mayoritas. Mereka mulai melihat diri mereka sebagai pengikat dalam permadani universal dengan tugas untuk mengangkat sesama manusia, dan dengan cepat memahami cara bekerja.

Hasil gambar untuk mata

Buka matamu ! Banyak manusia hanya peduli dengan kesejahteraan diri sendiri atau kelompok eksklusif yang berhubungan dengan dirinya. Apakah hal ini salah ? Tentu tidak. Akal budi manusia bebas menentukan pilihannya sendiri dan bersekutu kepada sesuatu yang dianggapnya setara pada porsi kebenaran pemahamannya. Akal budi dengan leluasa melukis keinginan dan harapannya sendiri pada otoritas yang dianggapnya lebih tinggi. Perbedaan dan pertentangan hingga berbuntut kekacauan hanyalah persimpangan sibuk di jam tertentu yang banyak menghabiskan energi. Penelusuran kepentingan di dua arah jalan yang bersimpangan membuat manusia menggunakan berbagai cara untuk cepat sampai pada tujuannya. 

Sejarah membuktikan bahwa persimpangan itu cenderung membuat manusia lebih kejam dari hewan. " manusia memangsa sesamanya manusia ". Sebahagian meninggalkan lorong kebahagiaan dan kesejahteraan demi kepentingan bersama itu. Sebahagian lagi dengan sengaja menciptakan kepadatan emosi untuk membuat kemacetan yang masif bagi arti pencerahan akal budi.
Silakan berakal budi, Tuanku. Pada kenyataannya akal budi bukanlah ibarat seekor ayam yang dijual di pasar-pasar. Setelah terbayar itu merupakan milik orang yang membelinya. Akal Budi adalah Roh dengan ototritas tertinggi atas kepemilikannya. 

Manusia sombong berusaha bahkan merasa memilikinya padahal ia hanya meminjam. Manusia cenderung tidak memahami bahwa akal budi dipinjamkan atas dasar cinta kasih pemiliknya. Lalu ibarat anak perawan, akal budi mulai dilecehkan bahkan diperkosa hingga hamil dan melahirkan anak-anak kebodohan. Anak-anak bodoh ini telah berkeliaran di tengah kota dan dengan bangganya menggunakan nama-nama  marga pengetahuan dan kebijaksanaan.

Berapa lama lagikah kebodohan ini akan menguasai planetku ?
     

     .