Jika kita berkeliling seantero kota dunia yang megah, masing-masing kota akan kita saksikan banyak ditemukan monumen dengan beragam bentuk. Monumen itu dibangun tentu tidak asal bangun saja atau ikut-ikutan dengan kota lain tetapi monumen sepantasnya memiliki nilai historis tersendiri dan dengan tujuan mengingatkan banyak orang akan nilai sebuah kenyataan. Adapun penyesuaian bentuk, ukuran dan nilai estetika adalah formalitas yang mengikuti kondisi lingkungan sekitarnya. Citra lain yang ada di kepala sebagian orang jika ditanya soal ukuran monumen, rata-rata orang akan menjawab bahwa jika monumen itu besar maka peristiwa yang terkandung dalam peringatan itu adalah peristiwa yang besar. Lainnya, adalah jika bentuk monumen itu sosok seorang tokoh maka tentulah orang yang dijadikan sebagai monumen itu adalah tokoh penting dimana ia berada..
Ada banyak raja atau pemimpin dunia memerintahkan untuk membangun sebuah monumen guna menghormati dan memperingati kemenangan mereka bahkan terkadang pula monumen yang dibangun nantinya merupakan sejarah yang berlebihan atas peristiwa yang terkandung didalamnya. Masa berlalu dan waktupun merubah sisi pandang para penerus bangsa, monumen tadi mungkin saja hanya tinggal puing yang menjadi kenangan. Adapula yang tetap pada tempatnya namun dibiarkan teralantar.
Hidup pun memiliki sejarah dan kisah-kisah yang monumental dari pelakunya. Siapapun dia, apapun yang dikerjakannya dengan status yang melekat erat pada dirinya. Kekayaan dan kebahagiaan adalah monumen pribadi yang paling banyak mengundang perhatian. Sudah kaya, bahagia pula begitu kata seorang teman saya. "Apa lagi yang kurang ?" tambahnya. Sayapun tertegun sejenak dan mengenang kata Mas Eko Darmanto " Rumput tetangga memang jauh lebih hijau dari rumput di rumah kita ". Diantara sahut-tanya ini mungkin Nagabonar dengan " Apa kata Dunia !" adalah kalimat yang paling relevan dengan jaman ini.
Jaman sekarang adalah jaman instan yang kedepankan kehidupan ini cepat-saji. Tidak ada alasan memang untuk menolak sebab teknologi mendukung penuh situasi ini. Teknologi diperbarukan secepat waktu berlalu untuk memanjakan manusia. Apakah ada yang salah dengan kenyataan ini ? Tidak. Kesalahan terjadi saat manusia membangun monumen kehidupannya dengan berbagai ketergantungan hidup. Rasa tergantung pada komunikasi digital hingga kecanduan.
Kecanduan terhadap media sosial yang sebenarnya sudah tidak ber-sosial lagi. Gadget kecil yang mampu menghubungi seantero dunia hanya dengan menggosoknya. Sedang dunia yang tengah berlangsung dihadapannya terabaikan. Informasi dan berita yang real time dapat mengundang simpati dan empati spontan namun tidak kurang informasi tepat waktu ini sanggup melekat pada hati dan pikiran manusia dalam sebuah citra unggul dengan dominasi fanatisme.
Baik dan buruk sebuah kemajuan sangat bergantung kepada manusia yang menanggapinya. Sosok manusia yang sepantasnya membangun sebuah monumen peringatan akan dirinya sebaliknya terlibat pada traffic digital tanpa tujuan. Hidup hanya basa-basi. penuh basa-basi, kenyataanpun hanya basa-basi hingga monumen bagi diri sendiripun hanya suatu rencana yang basa-basi.
Hidup pun memiliki sejarah dan kisah-kisah yang monumental dari pelakunya. Siapapun dia, apapun yang dikerjakannya dengan status yang melekat erat pada dirinya. Kekayaan dan kebahagiaan adalah monumen pribadi yang paling banyak mengundang perhatian. Sudah kaya, bahagia pula begitu kata seorang teman saya. "Apa lagi yang kurang ?" tambahnya. Sayapun tertegun sejenak dan mengenang kata Mas Eko Darmanto " Rumput tetangga memang jauh lebih hijau dari rumput di rumah kita ". Diantara sahut-tanya ini mungkin Nagabonar dengan " Apa kata Dunia !" adalah kalimat yang paling relevan dengan jaman ini.
Jaman sekarang adalah jaman instan yang kedepankan kehidupan ini cepat-saji. Tidak ada alasan memang untuk menolak sebab teknologi mendukung penuh situasi ini. Teknologi diperbarukan secepat waktu berlalu untuk memanjakan manusia. Apakah ada yang salah dengan kenyataan ini ? Tidak. Kesalahan terjadi saat manusia membangun monumen kehidupannya dengan berbagai ketergantungan hidup. Rasa tergantung pada komunikasi digital hingga kecanduan.
Kecanduan terhadap media sosial yang sebenarnya sudah tidak ber-sosial lagi. Gadget kecil yang mampu menghubungi seantero dunia hanya dengan menggosoknya. Sedang dunia yang tengah berlangsung dihadapannya terabaikan. Informasi dan berita yang real time dapat mengundang simpati dan empati spontan namun tidak kurang informasi tepat waktu ini sanggup melekat pada hati dan pikiran manusia dalam sebuah citra unggul dengan dominasi fanatisme.
Baik dan buruk sebuah kemajuan sangat bergantung kepada manusia yang menanggapinya. Sosok manusia yang sepantasnya membangun sebuah monumen peringatan akan dirinya sebaliknya terlibat pada traffic digital tanpa tujuan. Hidup hanya basa-basi. penuh basa-basi, kenyataanpun hanya basa-basi hingga monumen bagi diri sendiripun hanya suatu rencana yang basa-basi.
No comments:
Post a Comment