BIBIR



Bibir melumat dan letup dengan semua pernyataan diri. Entah dusta atau kenyataan yang ada, namun semua bermuara kepadanya. 
Dalam kelok dan rekahannya ada sejuta ungkapan perasaan yang mengalir mewarnai setiap suasana. Kitapun terlumat kedalamnya bak sesendok gula dan kayu manis yang terteguk, harum mengisi seluruh rongga mulut. 
Ada yang tersenyum menikmati rasa namun tak jarang ada berpaling untuk pergi dan tak pernah kembali.
Warna dan relungnya membuka semua pintu jiwa, sekiranya itu telah terkunci seribu tahun. Begitu liat memisahkan hitam dan putih seperti menjadikan tawar air satu samudera. Inilah pintu jiwa untuk meluapkan segalanya. Bergerak lincah meliuk kata demi kata melukis fantasi jadi kenyataan. 

Siapa percaya iapun berubah menjadi fantasi dan di ruang lain khayalan telah berubah menjadi kenyataan.

Ya, akupun pernah melihat, liatnya bibir yang bertabur duri. Manis menutur emosi jiwa mengisahkan malam yang tak kunjung pagi, inilah hidup anak manusia yang menderita di pelukan zaman. Apa lacur dalam jelaga. Bibir berduri merobek daging menggores tulang. 
Hidup memang mesti dijalani tetapi apakah semua jalan harus gelap ?

Bibir terlalu sering Membumikan Sorga,   

No comments: