Doa tidak hanya merupakan permohonan semata tetapi didalam doa kita berusaha untuk mendengarkan suara Tuhan yang menjawab doa kita melalui kehidupan kita sehari-hari.
\
Shema adalah doa dasar yang diajarkan dalam tradisi Yahudi sebagai doa yang pertama saat masih kanak-kanak dan juga merupakan doa terakhir yang diucapkan pada saat terakhir di ranjang kematian. Shema adalah mantra Yudaisme dengan makna " Hidup beriman hanya kepada Tuhan ".
Shema Yisrael, Adonai Eloheinu, Adonai Echad
Dengarlah Israel, Tuhan, Allah kami, Tuhan itu Esa
Shema merupakan perintah utama hanya untuk mendengarkan. Namun perintah dalam mantra atau doa ini tersembunyi panggilan yang sangat kuat bagi jiwa kita.
Doa ini meminta untuk kita menyadari akan seruan Tuhan dengan jati diriNya sebagai yang Esa.
Mendengar Tuhan tidak menjadi mudah semudah makna leksikal yang hanya menggunakan salah satu alat panca indera, Kita diminta oleh Sang Esa untuk mendengar seluruh suara ciptaanNya sebagai suara yang Esa untuk mengubah hati dan pikiran kita. Hati dan pikiran kita terlalu sering mengubah arah surga dengan pendekatan duniawi. Ironis memang! Seperti hal mustahil bagi seorang koki untuk memasak sup dan memanggang ikan dalam satu kuali demikian pula hidup manusia. Manusia harus memilih untuk setia dan tetap mendengar suara Tuhan atau tidak sama sekali. Transformasi suara Tuhan di alam semesta an diatas beribu pengetahuan suara berkumandang namun satu suara kekerasan hati mampu menghalauNya. Tuhan telah membuka diriNya untuk siapa saja yang ingin mendengarNya untuk satu keakraban sejati antara manusia dan Tuhan dalam sapaan yang sangat pribadi.
Tuntutan Shema demikian tegas agar kita mau membuka diri, mengubah diri kita untuk menjadi pribadi sebagaimana Tuhan kehendaki. Memang tak semudah ucapan bagi sutau tindakan, jalan berliku penuh batu dan mendaki bagi setiap pribadi yang berusaha mendengar suara Tuhan, Bahkan letih dan lelah adalah bagian yang hampir tak luput di seantero langkahnya. Ini adalah kenyataan dalam pengalaman namun baginya telah tersedia harapan yang pasti. Tuhan tak akan pernah membiarkannya menangis sendiri sebab Tuhan itu Baik.
Mendengar suara Tuhan yang senantiasa memanggil jiwa kita untuk kembali kepadaNya adalah sebuah bukti nyata Kasih Tuhan yang tak pernah berkesudahan. Ia tahu arti kehidupan, Ia kenal dengan pasti jalan jalan hidup kita dan kesudahan kita.
Ibarat seorang yang berenang di tengah samudera luas tanpa tujuan demikian pula manusia merumuskan akalbudinya di tengah terik dan dinginnya malam. Manusia mengingiinkan dunia sebagai harta warisannya dalam fatamorgana. Manusia memastikan dan membuat patokan harga dirinya dengan harga tinggi walaupun harga dirinya telah terbayar lunas oleh neraka sebab cacat dan berdosa. Manusia melambungkan dirinya jauh ke jagad raya mengejar matahari dan bintang-bintang dengan pengetahuannya namun tak seekor burung dan cacing mampu dibuatnya terbang dan meliuk-liuk di tanah.
Dengarlah suara Tuhan, hai jiwaku.
Tubuhku telah bercampur peluh dan keringat bak adonan roti tak beragi
menanti panggangan panas diatas tungku
Dengarlah suara Tuhan, ohh jiwaku
Tulang-tulang gemeretak sebab kering hatiku
dalam sengsaraku ingin ku bunuh diriku
namun tubuhku tak mampu melucuti akalku
sebab segala perbuatanku adalah kerinduan akan neraka Tuhan
Dengarlah suara Tuhan, duhai jiwaku
Ia yang mampu melepaskan segala kesia-siaan
Hanya Ia yang mampu memberi air sejuk sorgawi
sebagai obat sakit jiwaku.
Ia menerbitkan mata air di tengah gurun akal budiku
biarkan aku mendengar merdu suaraMu
bagai nyanyian jiwa yang melarat dan sengsara
biarkan aku mengecap kasih dan sayangMu
hingga sangkakala berbunyi
No comments:
Post a Comment