Aku bukan Wagata
Lelaki sejati, sejati lelaki-laki
Merenda malam dalam semenit
Menari liar di lirih desah
Menimba segayung perawan
dari pusat bumi
lembah pusar ibunya
Lelaki sejati, sejati lelaki-laki
Merenda malam dalam semenit
Menari liar di lirih desah
Menimba segayung perawan
dari pusat bumi
lembah pusar ibunya
Wagata. pemilik 9 dermaga
seratus kapal pesiar/
Berenang tenang dari sela gelombang. menyelam
dan lebih dalam ke relung karang
geliat dalam gua dasar bumi.
Teriris, berdarah, perih
oohhhh ... Jangan berhenti wagata, jangan
dan ohhh jangan. Sebentar lagi dermagamu kan menjemputmu
sebelum karam di bibir pantai. Geliat ombak membuih panas namun
tak gerah, jepit namun tak gepeng
terus dan terus
penyet namun tak kempes
Berbaringlah Wagata. tenang dan senyap hanya deburan
ombak liar usai badai di laut biru
Tenanglah tidurmu, Wagata
Kesayangan Bunda Kebanggan Ayah
takkan ada cahaya pagi dan digin malam disana,
Seribu pujian Dewa Dewi melantun merdu
Selamat Bobo, Wagata Cinta Ayah Bunda Tanpa sahabat
tanpa saudara, sendiri merongrong gelap.
Tak ada angin sebab matahari terbit di sembarang tempat.
Gelisah itu warisan dunia, cepat kayuh biduk jiwamu saat cahaya itu nampak.
Aku Oya, bukan Wagata
No comments:
Post a Comment