"Rule of the majority" is commonly referred to as democracy. John Locke wrote: "There is no practical alternative to majority political rule – i.e., to taking the consent of the majority as the act of the whole and binding every individual. It would be next to impossible to obtain the consent of every individual before acting collectively ... No rational people could desire and constitute a society that had to dissolve straightaway because the majority was unable to make the final decision and the society was incapable of acting as one body."
Demokrasi adalah sistem pengolahan konflik dengan hasil akhir tergantung pada apa yang dilakukan peserta. Sudah pasti sistem ini tidak akan mengakui adanya kekuatan tunggal yang mengendalikan dan mengatur hasilnya. Ketidakpastian hasil melekat dalam sistem demokrasi. Sudah tentu demokrasi membuat semua pihak dan kekuatan akan berjuang berulang kali untuk mewujudkan kepentingan mereka.
Konon, demokrasi yang ada di dunia barat sana dianggap telah ada pada masa Athena Klasik dan Republik Romawi yang ditandai dengan diberikannya hak bagi semua unsur dan strata masyarakat untuk memilih dan mengalihkan kekuasaan dari kepentingan sekelompok orang diatur ke dalam sebuah perangkat peraturan.
Pikiran rakyat mudah terombang-ambing oleh tekanan kesulitan. Keputusan mereka menjadi kabur oleh ketakutan yang menyebabkan mereka mengambil tindakan karena putus asa - tindakan yang mereka tahu salah tetapi menjadi lebih mudah untuk dilakukan ketika tekad mereka telah dilenyapkan.
Mentalitas massa adalah kekosongan yang menarik orang dengan niat baik menuju pusat kepentingan yang merusak. Ada banyak yang berdiri di pinggir jalan ketika kemarahan kelompok mulai mendidih, tetapi segera mereka dihadapkan dengan dilema moral ketika kemarahan kolektif ini berubah menjadi tindakan berbahaya. Massa tidak dapat mempertahankan kekuasaan jika ada perbedaan pendapat atau pertanyaan: mereka yang ragu-ragu terhadap kekerasan dicap sebagai sekutu musuh mereka, atau diradikalisasi menjadi puas sampai mereka menyatu dan berbaur dengan kelompok kepentingan.
Kemarahan tidak bisa memberi makan kelompok kepentingan untuk selamanya dan mereka yang membangun di atas fondasi yang tidak dapat diandalkan akan dengan cepat runtuh. Dan ketika kelompok itu pecah - ketika amarah mulai mendingin, dan pemikiran rasional mendapatkan kembali kendali - individu-individu dibiarkan sendirian dan tersebar lagi. Seseorang tidak dapat membela diri terhadap reaksi terhadap kengerian yang mereka lakukan hanya karena mereka berada di bawah pengaruh gerombolan sesat. Pada akhirnya, setiap orang bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri.
Ketika suara ratusan berteriak bahwa kota itu harus terbakar - bahwa kerajaan itu harus runtuh; bahwa terdakwa harus dihukum tanpa pengadilan - menjadi lebih sulit untuk mendengar ribuan orang yang diam-diam tidak setuju. Seorang pemimpin tidak bisa menjadi mangsa dari tingkah suara yang berteriak paling keras, tetapi harus berdiri sebagai suara nalar dalam membela mayoritas yang diam.