ADA dan TIADA

Dua kata ini untuk para filsuf kondang merupakan akar perdebatan panjang yang  tak berujung pada kata sepakat. Sepakat dan tidak sepakat miliki nilai yang sama pada tema Ada dan Tiada. Pada awalnya Tiada menjadi Ada setelah Ada menjadi Tiada. Semakin rumit digambarkan dengan pernyatan  “ Ada adalah Tiada dan Tiada itulah Ada “

Mengutip lirik lagu yang dinyanyikan oleh January Christy “ … ada dan tiada hanya kata semata .. “ memang benar jika kita coba untuk membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia atau Wikipedia. Kita akan diperlihatkan makna kedua kata tersebut. Menyelami lebih dalam dari sekadar makna kedua kata tadi dan mendekatkannya pada realitas hidup maka kata Ada dan Tiada menjadi suatu nilai. Bumi tempat kita berpijak pada awalnya Tiada lalu bumi itu Ada namun setelah Ada bumi ini akan diTiadakan. Kitapun Tiada pada awalnya lalu Ada pada ruangnya dan akan Tiada oleh waktu. Pertanyaan yang timbul adalah apakah kita sebagai manusia hanyalah sebuah kata atau manusia sebagai nilai. Memang manusia hanya sebuah kata tetapi juga nilai sebab kata tanpa nilai atau makna adalah kegilaan sedangkan nilai tanpa kata adalah keheningan.

Manusia dituntut menjadi sebuah kata yang bernilai. Manusia mesti berakhir pada Kata yang tahu menilai makna Ada dan Tiada. Manusia tak pandang siapapun dia memiliki linimasa Tiada - Ada setelah Ada - Tiada. Namun apakah kita sebagai manusia paham akan nilai kita sebagai sebuah kata ?. Permukaan bumi ini terlalu luas bagi pengembaraan kita tetapi terlalu sempit untuk memaknainya. Jka kita datang dari Utara dan terus menyusur ke Barat hingga di Timur, kelak akan kembali ke Utara. Adakah nilai dari pengembaraan ini ? Apakah kelana panjang ditempat terbenamnya matahari telah kau temukan Ketulusan ? Ataukah di tempat bintang biduk berlabuh ada sekeranjang penuh kasih sayang. Apakah mungkin juga kau temukan Kebenaran saat matahari terjaga. Atau juga mungkin hanya cerita untuk diceritakan kembali sebagai pengalaman bertutur.

“ Isseng Alenu “

Penggalan kata bujak yang berasal dari daerah Bugis yang bermakna pengenalan diri, jauh lebih tegas dari polemik Ada dan Tiada para filsuf barat untuk menegaskan makna manusia dan kemanusiaanya. Kata yang disetarakan kepada manusia adalah nilai dan hakikat manusia itulah nilai kemanusiaan.
Sahabat, selamat berkelana.


16 Elul 

No comments: