MELIHAT DIRI SENDIRI

Fenomena di sekitar kita ini adalah bagian dari cara Yang Maha Esa mengajarkan kita pelajaran tentang hidup. Sebagian besar orang, mengalami kesulitan mendengar atau tidaka dapat menerima kritikan dari orang lain. Apalagi hal itu menyangkut kepentingan atau pandangan utama dan keyakinan.  Alam dan lingkungan sekitar sebenarnya turut menyerukan kritikan dalam bentuk realitas yang secara bersamaan mencoba untuk melakukan kritik. Alam menyuarakan kritikan dengan menunjukkan kekurangan kita dengan menghadirkan kita pada lingkungan buruk maupun baik. Jika anda berada pada lingkaran peristiwa yang mengerikan terkadang hanya sanggup menggumam “ oh, betapa mengerikannya itu. “. Sebaliknya, jika hal itu merupakan suatu peristiwa menyenangkan serta kitapun menggumam dengan tanda seru bahagia. Namun dibalik kedua peristiwa ini adakah pesan moral yang harus sanggup kita cerna sebagai kesadaran diri dalam persepektif Hikmat dan Kebijaksanaan yang Tuhan anugerahkan.

 Anda adalah apa yang Anda lihat “

Hollocaust adalah ending dari pembantaian orang Yahudi yang tinggal di Jerman pada tahun 1930-an. Orang Yahudi yang hidup di Jerman tak pernah membayangkan kemampuan orang Jerman  untuk membantai dengan darah dingin kepada mereka. Hal ini dikarenakan orang yahudi yang tinggal di Jerman merupakan generasi yang terdidik dan taat beragama hingga dalam kehidupan kesehariannya mereka lebih eksklusif berkumpul hanya dengan golongannya. Pembataian massal terjadi sebagai kekejaman umat manusia tetapi bagi orang Yahudi yang tinggal di Jerman tidak mampu melihat hal ini sebagai cerminan diri sendiri sebab hal itu tak pernah mereka lakukan atau mampu lakukan secara pribadi.
  
Hal yang sama berlaku untuk kebaikan .
Banyak dari kita yang sinis karena kita tidak pernah bertemu orang yang benar-benar suci atau benar-benar murni. Jadi, kita tidak percaya bahwa itu mungkin terjadi karena itu bukan bagian dari pengalaman kita sendiri. Namun jika kita mau sediakan waktu untuk sejenak merenungkan kenyataan yang terjadi sebagai pesan moral dari Tuhan melalui alam dan lingkungan. Tentu dapat kita pahami ini sebagai bentuk refleksi kehidupan, sisi buruk atau sisi baik dari diri kita. Kita hadir ditengah lingkungan buruk yang keburukan itu tak pernah kita lakukan. Kita melihat kebaikan dan kesucian yang terjadi sebagai kemustahilan akal budi karena hal itu tak pernah kita pikirkan. Reaksi pertama yang sering terlihat adalah kita mulai menyimpulkan peristwa tersebut sesuai volume otak dan ujaran emosional. " Inilah Kenyataan dan Inilah Diri Anda " nampak dengan jelas dalam sebuah kritikan Tuhan melalui Alam dan Lingkungan.

Kenyataan alam dan lingkungan sarat kritik dan pesan moral untuk kita dapat introspeksi diri. Kita mesti waspada akan kejahatan, bukan kejahatan yang akan dilakukan orang lain tetapi kejahatan yang sanggup kita lakukan. Kita mesti bersyukur dan terus berkarya akan kenyataan hidup kita. Bukan untuk merayakan kesuksesan akan keberhasilan atau kesenangan yang orang lain rasakan. Kita diminta untuk menghambat sekaligus menumbuhkan, menghambat keingan jahat yang ada pada diri kita sekaligus menumbuhkan kebaikan sebagi pohon yang rindang bagi sesama. Kita diminta untuk Begerak dan Berdiam Diri, bergerak sebagai agen kebaikan yang terus menerus menyuarakan hal positif sekaligus berdiam diri pada rancangan buruk dari akal dan budi sehingga tidak terjadi tindakan yang merugikan diri kita atau orang lain


15 Elul  di Makassar         

No comments: